• DAERAH

    Masyarakat diminta hati-hati dan waspada adalah agar jangan terlibat dalam politik

  • NASIONAL

    Rael Count KPU RI Hasil Hituang Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, sampai tanggal 19 Februari pukul 20.15 WIB

  • NASIONAL

    Real Count KPU RI Hasil Hitung Suara Legislatif DPR RI 2024, sampai tanggal 19 Februari 2024 pukul 20:00 WIB

  • PENDIDIKAN

    Demikian dikatakan Kepala SMPK Sta. Familia, Sikumana – Kota Kupang, Sr. Maria Regina Manis, PRR kepada wartawan

  • PENDIDIKAN

    Linus Lusi, mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI yang telah melakukan kegiatan ini

Kamis, 21 September 2023

Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya Ditutup ‘Lahirkan Catatan dan Rekomendasi’

 

Kupang, Voicenews - Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya, ditutup dengan resmi oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si, pada, Kamis (21/09/2023). Kegiatan ini dilaksanakan sejak tanggal 19 hingga tanggal 21 September, bertempat di Hotel Harper Kota Kupang.

Mengawali sambutan penutupannya, I Made Dharma Suteja, mengatakan, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur bersyukur karena dapat bertemu, bersilaturahmi, berdiskusi melaksanakan rapat koordinasi Bersama pimpinan maupun perwakilan dari OPD Kebudayaan serta OPD Bidang Pembangunan Daerah dari Provinsi Nusa Tenggara Timur dan 22 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

I Made Dharma, mengatakan, berdasarkan diskusi-diskusi yang terjadi dalam Rapat Tekinis tersebut, maka lahirnya beberapa catatan rekomendasi dan kesimpulan penting yang tentunya perlu diketahui bersama, yaitu :

1. Perlu adanya sinergi dan kolaborasi kerja, antara Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur dengan OPD Kebudayaan di setiap daerah. Sinergi dan kolaborasi kerja ini harus memperhatikan 3 hal yang disampaikan oleh Bapak Sekretaris Direktorat jenderal Kebudayaan, Fitra Arda, yaitu:

     a.Prinsip pengarusutamaan kebudayaan, dengan menjadikan kebudayaan sebagai salah     satu sektor  utama dalam pembangunan.

  b.Prinsip menjadikan masyarakat sebagai pusat kebudayaan, karena masyarakat    merupakan pelaku budaya, sedangkan pemerintah hanyalah sebagai fasilitator.

     c.Prinsip penguatan ekosistem budaya yang berkelanjutan.

2. Rencana Kerja OPD Kebudayaan perlu mengacu kepada indikator Pembangunan  bidang kebudayaan yang dibuat oleh Bappeda/Bappelitbang.

3. Perlu sinkronisasi antara dokumen PPKD dengan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), sehingga PPKD dapat memberi warna terhadap Pembangunan di masing-masing daerah.

4. Perlu adanya program yang memperhatikaan kekhasan NTT dalam perencanaan pembangunan kebudayaan secara nasional, sebagai contoh memanfaatkan adanya Rumah Pengasingan Bung Karno, untuk mempromosikan Kota Ende sebagai kota Pancasila.

5. DAPOBUD merupakan salah satu indicator dalam menentukan Indeks Pembangunan Kebduayaan Daerah. Tentunya data di dalam DAPOBUD perlu selalu dimutakhirkan. Maka dari itu, informasi-informasi terkait OPK baru maupun CB/ODCB baru sebaiknya diupdate di dalam DAPOBUD.

“Itulah beberapa catatan rekomendasi  yang kami simpulkan dari hasil Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya Nusa Tenggara Timur. Dan semoga dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan Pembangunan bidang kebudayaan di semua daerah yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur,” ucap I Made Dharma Suteja.

Dia mengucapkan, selaku penyelenggara, pihaknya menyampaikan terimakasih kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bappelitbangda Provinsi Nusa Tenggara Timur, Seluruh Pimpinan OPD Bidang Kebudayaan di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Seluruh Pimpinan OPD Bidang Perencanaan Pembangunan di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Semoga pertemuan ini menjadi berkah terhadap pemajuan kebudayaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu Memberkati kita semua,” tutur A Made Dharma, seraya menutup kegiatan tersebut dengan resmi. (Nelson/VN)

 

 

Share:

Rabu, 20 September 2023

Sesditjenbud, Fitra Arda, Buka Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya

 

Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan (Sesditjenbud), Fitra Arda,Saat Membuka Kegiatan Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya Tingkat Provinsi (Lewat Daring). Foto : Zam WNN

Kupang. Voicenews IdRapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, dilaksanakan di Hotel Harper Kota Kupang, pada, Selasa (19/09/2023). Kegiatan tersebut akan dilangsungkan selama 3 hari yang akan ditutup pada tangga 21 September 2023.

Rapat Teknnis Pelestarian Warisan Budaya ini dibuka secara Daring oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan (Sesditjenbud), Fitra Arda, yang dihadiri oleh  Kasubdit Sosial dan Budaya Dit. SUPD III Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, Bapak Wahyu Suharto (hadir secara daring), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Kepala Bappeda Provinsi NTT, Kepala Organisasi Perangkat Dinas yang menangani bidang Kebudayaan di Kabupaten/Kota dalam  Wilayah NTT, Kepala Bappeda di Kabupaten/ Kota di Wilayah NTT, Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan  Provinsi NTT,  Kepala Balai Guru Penggerak  Provinsi NTT, Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Kepala LLDIKTI Wilayah XV Provinsi NTT, Kepala BAN SM dan BAN Paud, Narasumber baik dari kemendagri, setditjenbud, dinas Pendidikan dan kebudayaan maupun Bappeda, Kabid Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov. NTT beserta jajarannya, Penggiat Budaya Se Provinsi NTT, Teman teman wartawan Media Elektronik.

Dalam sambutan pembukaannya, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda, menyampaikan salam hormat dan terimakasih banyak kepada semua yang hadir dalam acara pembukaan ini.

Fitra Arda, menjelaskan, Dalam UU Pemajuan Kebudayaan menggariskan empat langkah strategis dalam memajukan kebudayaan: pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. Setiap langkah melayani kebutuhan yang spesifik. Pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan bertujuan memperkuat unsur-unsur dalam ekosistem kebudayaan, sementara pembinaan bertujuan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam ekosistem kebudayaan.

“Untuk mendukung langkah-langkah tersebut sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat, hal itu merupakan syarat mutlak dalam perumusan rencana dan upaya pemajuan kebudayaan nasional,” ucap Fitra.

Katanya, keempat langkah tersebut saling terhubung dan tak dapat dipisahkan. Pencapaian setiap langkah mendukung langkah-langkah strategis lainnya. Karena itu, penerapan keempat langkah strategis bukan untuk dilakukan secara berjenjang atau setahap demi setahap, tapi secara bersamaan.

“Hanya melalui penerapan serentak, tujuan UU Pemajuan Kebudayaan atas kepada masyarakat Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan bisa terwujud,” tandasnya

Fitra mengungkapkan, indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Provinsi NTT tergolong rendah, berada di urutan ke 6 dari 34 provinsi di Indonesia. Karena itu dia menghimbau semua dinas instansi terkait untuk berkolaborasi dengan Bapeda di daerah masing-masing agar tersedianya anggaran untuk pemajuan kebudayaan di daerah NTT.

Dijelaskan lagi bahwa Indeks Pemajuan Kebudayaan (IPK), didefinisikan sebagai kemampuan suatu kebudayaan dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas, pengetahuan, serta praktik budayanya yang relevan yang didukung oleh kondisi sosial dalam masyarakat.

“Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) di Provnisi NTT tahun 2021 berada pada angka 48,18 dan secara nasional berada pada peringkat ke 28 atau urutan enam paling belakang di Indonesia. Oleh karena itu, saya mengajak semua pegiat dan pelaku seni, para budayawan, para guru seni budaya, pihak Dinas dan d instansi terkait, agar  bisa berkolaborasi untuk upaya pemajuan kebudayaan di NTT,” ucap Fitra Arda, dan langsung membuka Kegiatan tersebut dengan resmi.

Sebelum pembukaan acara, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd memberikan sambutan bahwa kehadiran BPK Wilayah XVI di NTT, akan sangat membantu Pemerintah Provinsi NTT dalam usaha memajuakan kebudayaan. Karena itu, atas nama Pemerintah Provinsi, dia menyampaikan terimakasih banyak kepada BPK XVI, Setditjen Kebudayaan, Fitra Arda, yang sudi melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melindungi, menggali, mengemba ngkan dan melestarikan kebudayaan masyarakat NTT menjadi kekayaan nasional.

Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd, saat memberikan sambutan. Foto : Zam TGD.

“Semoga lewat Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya ini, bisa melahirkan pokok-pokok pikiran yang cerdas serta rencana-rencana strategis untuk upaya pemajuan kebudayaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur,”tuturnya.

Dalam laporannya sebagai pihak penyelenggara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja,S.S.,M.Si, menjelaskan dasar utama pihaknya melakukan kegiatan itu, karena Provinsi NTT miliki beragam etnis dan budaya yang tersebar di 22 kabupaten kota, sehingga Balai Pelestarian Kebudayaan XVI NTT,  memerlukan koordinasi dengan stakeholder terkait di daerah, supaya terjadi sinkronisasi yang baik antara pusat dengan daerah, maka perlu diselenggarakan kegiatan berskala regional, yang mampu memayungi koordinasi antara dinas yang mengampu bidang  kebudayaan di daerah kabupaten dan provinsi dengan pihak BPK.

“Tema pada Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya pada tahun 2023 ini adalah Sinergisitas Program Menuju Pemajuan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur Yang Berkelanjutan,” ungkap Imade Dhrama Suteja.

Kata I Made Dharma, ada beberapa hal penting yang dibahas dalam kegiatan tersebut, yakni Pokok Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD), Data Pokok Kebudayaan (Dapobud), Cagar Budaya, Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), Warisan Budaya Takbenda (WBTB). Ini sekaligus menjadi catatan bagi Bapedda/Bapelitbang bahwa kabupaten/kota belum memiliki akun DAPOBUD, PPKD belum sesuai format sehingga harus dimutakhirkan, bahkan belum terbentuknya Team Ahli Cagar Budaya  di Kabupaten kota, serta minimnya pencatatan serta penetapan Warisan Budaya Takbenda pertahun di Provinsi NTT, dimana tahun 2023 hanya ditetapkan 2 (dua) WBTB Indonesia yakni Kfui (dari Kabupaten Belu) dan Sbobano (dari Kabupaten Timor Tengah Selatan), yang notabene NTT kaya akan khazanah budayanya.

“Untuk  itulah kami mengundang juga Bappeda, karena kebudayaan tidak hanya harus disuport dengan doa tetapi juga dengan kebijakan, khususnya penganggaran,” ujarnya.

Dia mengatakan, sejalan dengan hal tersebut dan dilihat dari potensi budaya yang ada diwilayah kerja,  masih sangat banyak mata budaya yang bisa diangkat dan ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda Indonesia.Objek Diduga Cagar Budaya menjadi Cagar Budaya baik peringkat kabupaten kota bahkan bisa peringkat provinsi, bahkan kalau memungkinkan kita ajukan ke UNESCO.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si, saat menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Kegiatan. Foto : Zam TGD

Namun I Made ingatkan juga kalau kita sekarang sudah memiliki  PPKD dan Strategi kebudayaan nasional, apapun yang akan diangkat menjadi warisan budaya tak benda Indonesia dan Cagar Budaya haruslah sesuai dengan PPKD yang telah ditetapkan.

Terkait dengan berbagai hal yang telah disampaikan di atas, dia berharap semoga lewat Kegiatan Rapat Teknis Pelestarian Warisan Budaya yang dilakukan pihaknya, bisa tercipta koordinasi, serta hubungan kerjasama yang erat dalam membangun, mengembangkan, melestarikan kebudayaan antara pihak UPT BPK Wilayah XVI NTT dengan dinas yang mengampu bidang kebudayaan di daerah, maupun Provinsi NTT.

“Kami memiliki harapan yang besar dengan adanya kegiatan ini terjadi sinkronisasi kegiatan yang baik, sehingga kegiatan kami sebagai UPT Pusat yang berada di daerah tidak tumpang tindih dengan program kerja serta kegiatan teman-teman di dinas,” ucap I Made Dharma Suteja, mengkahiri sambutanya.  

Informasi tambahan yang diperoleh media ini, bahwa sesuai jadwal acara, materi-materi yang akan dipaparkan oleh para nara sumber dalam kegiatan ini adalah :

1.Program Prioritas Direktorat Jendseral Kebudayaan tahun 2024, yang dibawakan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan.

2. Prioritas Penganggaran Kebudayaan dalam RPJMD/Konektivitas PPKD dalam Penyusunan RPJMD, oleh Bina Bangda Kemendagri. 

3. Penyusunan PPKD 2024, oleh Pokja PPKD Sesditjenbud.

4. Pendaftaran dan Registrasi DAPOBUD, oleh Pokja DAPOBUD Sesditjenbud.


5. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Bidang Kebudayaan di Provinsi NTT, oleh BAPEDA Provinsi NTT.

6. Program Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT. 

7. Sinkronisasi Program/Kegiatan BPK Wilayah XVI tahun 2024, oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI. (Nelson/vn)




Share:

Selasa, 19 September 2023

Presiden Jokowi Dukung Digitalisasi di NU

 

Presiden Joko Widodo membuka secara resmi Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (NU) 1445 H/2023 M yang digelar di Pondok Pesantren Al-Hamid, Jakarta, pada Senin, 18 September 2023. Foto: BPMI Setpres/Rusman

Kupang, Voicenews.Id - Presiden Joko Widodo membuka secara resmi Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (NU) 1445 H/2023 M yang digelar di Pondok Pesantren Al-Hamid, Jakarta, pada Senin, 18 September 2023. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mendukung apa yang tengah dilakukan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk meningkatkan kekuatan besar nahdliyin dengan digitalisasi sebagai pintu masuknya.

“Saya setuju dan mendukung apa yang sedang dan akan dilakukan oleh PBNU. Digitalisasi bisa masuk sebagai pintu masuknya untuk mengonsolidasikan kekuatan NU, baik yang ada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri,” ujar Presiden Jokowi.

Menurut Presiden, NU memiliki kekuatan yang luar biasa dari sisi anggotanya yang sangat banyak dan tersebar di seluruh tanah air hingga di berbagai negara. Kekuatan besar tersebut perlu dikonsolidasi, diorganisasi, dan ditingkatkan kualitasnya dalam berbagai bidang, baik bidang sosial, agama, kemanusiaan, hingga bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, profesional, dan kewirausahaan.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga menyebut bahwa pemerintah menyambut baik inisiatif PBNU membentuk GKMNU (Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama). Inisiatif tersebut dinilai sangat penting untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia, terutama untuk para nahdliyin di level akar rumput.

Di sisi lain, banyak sekali juga nahdliyin muda yang sedang kuliah di luar negeri dan menimba berbagai ilmu pengetahuan baru seperti belajar tentang kecerdasan buatan, tanpa kehilangan jati dirinya sebagai muslim dan nahdliyin. Presiden Jokowi menyebut hal itu sebagai kekuatan besar NU untuk menyongsong masa depan sekaligus bagian dari solusi untuk meningkatkan kesejahteraan umat.

“Hal ini merupakan kekuatan besar NU untuk menyongsong masa depan. Mereka-mereka ini harus dihubungkan dengan umat di akar rumput, mereka harus menjadi bagian solusi bagi nahdliyin di akar rumput dan menyejahterakan umat,” ungkapnya.

Menurut Presiden Jokowi, selain membantu memperbaiki cara kerja organisasi, digitalisasi juga akan menghubungkan para nahdliyin di seluruh dunia untuk saling berbagi komitmen, saling bekerja sama, bersama meningkatkan kualitas diri, bersama-sama mencari solusi untuk NKRI dan kesejahteraan umat.

Di samping itu, pemerintah juga mendukung peningkatan kualitas pendidikan di NU, salah satu contohnya yaitu Universitas NU (UNU) di Yogyakarta milik PBNU yang gedungnya telah selesai dibangun. Berikutnya, UNU juga tengah difasilitasi untuk bekerja sama dengan Persatuan Emirat Arab melalui pendirian MBZ School of Future Studies.

“Saya minta agar UNU Yogya ini bisa menjadi lokomotif yang menarik banyak lembaga pendidikan tinggi NU untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk bersaing menjadi tenaga profesional, untuk bersaing menjadi entrepreneur, menjadi wirausaha, dan tetap berakar kuat kepada ke-NU-annya,” ungkapnya.

Di penghujung sambutannya, Presiden Jokowi menyebut bahwa tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia masih sangat banyak dan berat. Namun, Presiden meyakini bahwa bangsa Indonesia akan dapat memenangi masa depan dengan terus didampingi oleh para ulama.

“Dengan terus didampingi para ulama, didampingi para kiai, insyaallah bangsa Indonesia bisa memenangi masa depan, bisa mewujudkan Indonesia Emas, dan bisa menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafur,” tandasnya.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah istri Presiden ke-4 RI Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri PAN RB Abdullah Azwar Anas, Menteri BUMN Erick Thohir, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. (Zam/vn)

(BPMI Setpres)

Share:

Sanggar Seni Budaya Latasga Helong Laksanakan Pesta Nada dan Genre Musik Timor

 

Kupang, Voinews Id Sanggar Seni Budaya Latasga Helong, yang dipimpin Drs. Sofian Kurniawan, MM, melaksanakan, Festival Pesta Nada dan Genre Musik Timor, di Aula Eltari Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada, Sabtu (16/09/2023) yang lalu.

Kegiatan ini dibuka oleh, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang diwakili oleh Kabid Promosi, Alfons Ara Kia.

Dalam sambutannya, Kabid Promosi, Alfons Ara Kia, mengatakan, kekayaan budaya di Nusa Tenggara sangat banyak dan dapat dijadikan wisata budaya yang unik dan mempesona. Karena itu Seni Musik Tradisi Timor, adalah potensi yang sangat besar untuk mendukung wisata budaya di NTT.

Dia menyampaikan terimakasih banyak kepada pihak Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK)  Wilayah XVI NTT, yang sudah memberikan Bantuan Pemerintah untuk Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan di NTT.  

“Kami berikan Apresiasi yang tinggi kepada bapak Sofian dan semua anggota Sanggar Seni Budaya Latasga Helong, yang telah melaksanakan kegiatan ini untuk menjaga keunikan khas dari Musik Tradisi Timor, agar terus berkembang dan lestari serta dihargai oleh lapisan masyarakat Indonesia. Semoga cirikhas dan keunikan Musik Tradisi Timor yang diangkat ini dapat menjadi potensi menarik wisatawan manca Negara untuk kemajuan kepariwisataan di NTT,” tuturnya. 

Hadir juga dalam kegiatan tersebut, Kepala balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, I Made Suteja, S.S., M.Si, didampingi kedua stafnya, Eka Karma dan Yeheskiel, juga Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Timur, Mohadi, Sn., Kepala UPTD Museum Daerah Provinsi NTT, Aplinuksi M.A Asamani, S.Sos, M.Si, bersama Isteri serta para pegiat seni budaya NTT.

Dalam kesempatan memberikan sambutan sekapur sirih, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI, I Made Suteja, S.S., M.Si, mengatakan, sebagai perpanjangan tangan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang berada di daerah NTT, pihaknya sangat mendukung dan  berterimakasih kepada Sanggar Seni Budaya Latasga Helong yang telah beupaya melaksanakan kegiatan tersebut sebagai upaya melestarikan kebudayaan yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Kami tentu sangat mendukung upaya komunitas – komunitas Seni Budaya di NTT, yang melakukan kegiatan dengan tujuan  untuk melestarikan  seni tradisi daerah demi kemajuan bangsa dan Negara. Terimakasih banyak kepada pak Sofian dan semua teman-teman panitia, yang telah berusaha hingga kegiatan ini terlaksana dengan baik,” Ucap I Made.

Diakhir sambutan, I Made, meminta maaf kepada Seluruh Anggota Sanggar Latasga Helong, apabila bantuan yang diberikan oleh Pihak BPK Wilayah XVI NTT masih terbatas dan mungkin  belum sesuai dengan harapan. Kedepannya, semoga adanya bantuan-bantuan dari pusat yang lebih memuaskan lagi sehingga pihaknya mampu menyalurkanya untuk komunitas-komunitas seni budaya di NTT yang membutuhkannya.

“Sesuai aturan pusat, pihak kami hanya bisa memberikan bantuan sebagai pemantik awal menggandeng komunitas seni di NTT untuk bersama membangun budaya daerah. Barangkali di tahun-tahun mendatang ada bantuan yang lebih memuaskan lagi yang bisa disalurkan kepada para komunitas seni budaya di NTT. Terimakasih banyak dan hormat kepada Komunitas Seni Budaya yang jauh-jauh dari TTS dan Sikka yang sudah berkenan datang mempertunjukan Musik Tradisi Timor ini,”Ucapnya mengakhiri sambutan sekapur sirih tersebut.

Sementara itu, Ketua Panitia, Drs. Sofian Kurniawan, MM, yang adalah  mantan kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, menyampaikan laporan penyelenggaraan kegiatan tersebut, mengatakan, terimaksih banyak kepada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, yang sudah memberikan bantuan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan kepada pihaknya, yaitu, Sanggar  Seni Budaya Latasga Helong, sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.

“ Terimaksih banyak kepada Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, yang diwakili oleh Kabid Promosi, bapak Alfons Ara Kia. Terimakasih banyak kepada Kepala BPK Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, yang sudah hadir pada kesempatan ini. Terimaksih juga kepada kepala Museum Daerah Provinsi NTT, Aplinuksi M.A Asamani, kepada para pegiat seni budaya dan semua hadirin yang hadir malam ini,” paparnya.

Seperti yang disaksikan media ini, kegiatan Pesta Nada dan Genre Musik Timor tersebut berjalan lancar dan mendapat aplaus meriah dari para penonton yang menyaksikannya. 

Ada Group Musik Tradisi Timor yang datang dari Ayotupas TTS, dari Amarasi kabupaten Kupang serta ada Group Musik yang datang dari Kabupaten Sikka  dan ada  juga Group Band   asal kota Kupang yang mengiringi perjalanan acara demi acara dengan musik dan lagu kolaboratif bernada Timor Dawan. 

Semua Group yang tampil malam itu, memainkan alat-alat musik tradisi yang unik, antara lain,  Biola,  Juklele, strem bass, dan tambur, yang dipadukan dengan musik kekinian sehingga  menghasilkan musik kolaborasi yang terdengar sangat harmoni, unik dan indah penuh pesona.

Dalam acara tersebut juga dilakukan penyerahan HAKI Genre Musik Timor, yang dilakukan oleh Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, Mohadi, S.Sn, kepada Sofian Kurniawan selaku Ketua Sanggar Latasga Helong. 

Acara tersebut dimulai sejak Pukul.20.00 Wita dan berakhir pada Pukul 22.00 Wita. (ZamTGD/VN)

 

Share:

Sabtu, 16 September 2023

Workshop Tenun Ikat Ditutup, Nara Sumber Dapat Penghargaan, Peserta Dapat Pengetahuan

 

Kupang, Voice News Id – Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur,  I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si,  menutup dengan resmi Kegiatan Workshop Tenuan Ikat yang dilaksanakan Selama 3 hari, sejak tanggal 14 sampai 16 September 2023.

“Saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada para peserta dari pelajar SMA Negeri 11, SMK Negeri 4 Kota Kupang, Mahasiswa dan Mahasiswi dari Universitas Nusa Cendana, para nara sumber, yang sudah selama 3 hari  hadir hingga suksesnya kegiatan yang kami gelar ini. Terimakasih berlimpah kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Dekranasda Provinsi NTT, UPTD Taman Budaya Provinsi, UPTD Museum Daerah Provinsi, BPMP Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang telah mendukung kami sehingga kegiatan workshop tenun ikat ini berjalan sesuai harapan,” Ucap I Made, mewakili lembaga yang dipimpinya itu.

Dia mengharapkan,  dengan pengetahuan yang diperoleh lewat Workshop tersebut, bisa dijadikan bekal untuk menjadi pelaku tenun ikat maupun menjadi pelaku usaha kecil  yang bergerak dibidang kain tenun ikat.

“Dengan mengucap Puji dan Syukur berlimpah Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, saya menutup acara Workshop Tenun Ikat ini dengan Resmi,” ucapnya disambut dengan tepuk tangan dari  seluruh peserta.

Setelah Penutupan Kegiatan, salah seorang peserta bernama Julie, mengatakan kepada media ini bahwa dirinya sangat bersyukur dan terimakasih kepada pihak Balai Pelestarian  Kebudayaan Wilayah XVI NTT, para nara sumber dan dua orang Instruktur dari Dekranasda Provinsi NTT, yang telah memberikan pengetahuan tentang teori dan praktek meneneun kain tenun ikat bermotif daerah NTT.

“Ini bekal bagi saya agar kedepan lebih semangat lagi bekerja menenun dan semoga dengan pengetahuan ini saya dapat mengerjakan kain tenun daerah yang bermanfaat bagi kehidupan di masa depan,” papar Mery penuh keyakinan. 

Sementara itu kedua orangNara Sumber dari Dekranasda Provinsi NTT, Septi Miriam Reo, Yul Efrin M Bureni, yang diwawancarai wartawan, mengatakan, saat mereka memberikan praktek tenun, para peserta mengikutinya dengan sungguh-sungguh dan akhrnya mereka mampu mengerjakan sendiri cara tenun ikat dengan baik.

Sesaat sebelum bubar, Kepala BPK Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur, I Made Suteja, menyerahkan penghargaan kepada kedua orang Nara Sumber dari Dekranasda Provinsi NTT, berupa Serifikat.

“Serifikat ini kami berikan sebagai penghargaan dan terimakasih kami atas pengetahuan Tenun Ikat yang telah diberikan dengan tulus kepada seluruh peserta,” tutur I Made. ( MJessi/VN) 

Share:

Jumat, 15 September 2023

BPK Wilayah XVI Lakukan Workshop Tenun Ikat, Dibuka Ir. Syaloomi Marthina Pa

 

Voice News Id, Kupang – Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK)  Wilayah XVI NTT, menyelenggarakan Workshop Tenun Ikat  di Aula Hotel Kristal Kupang,  selama 3 hari,  yang dimulai dari tanggal 14 sampai 16 september 2023, melibatkan 60 orang peserta yang berasal dari para pelajar dan mahasiswa sebanyak 34 orang dan 16 orang lainya berasal dari dinas instansi terkait.

Kegiatan Workshop Tenun Ikat ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang diwakili oleh Sekretaris (Sekdis) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ir.Syaloomi Marthina Pa, M.Sc,  didampingi Kepala BPK Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si serta Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, bapak Mohadi, S.Sn.

Saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan itu, Syaloomi Marthina Pa, menyampaikan  apresiasi yang tinggi dari Pemerintah Provinsi NTT kepada Balai Pelestarian Kebudayaan  Wilayah XVI NTT, yang telah menyelenggarakan kegiatan Workshop Tenun Ikat tersebut.

“ Kain tenun dan motif yang terkandung di dalamnya menyimpan nilai-nilai edukasi peninggalan leluhur kita. Simbol-simbol, gambar dan warna yang tertuang menjadi suatu kain tenun memiliki nilai sejarah peradaban panjang kehidupan manusia dari zaman ke zaman, karena itu sangatlah penting diketahui dan dilestarikan serta dikembangkan oleh generasi muda kita,” ungkap Syalomi.

Syalomi mengharapkan, dengan adanya kegiatan Workshop Tenun Ikat tersebut, dapat mendorong dan meningkatkan minat generasi muda kota kupang dapat meningkatkan pengetahuan untuk melestarikan tenun ikat dan juga diharapkan dapat menjadi pelaku usaha bidang tenun serta memperkenalkan tenun sehingga rasa cinta kepada NTT semakin mengakar.

Dia mengatakan, saat ini semakin sedikit generasi muda yang mau mempelajari teknik menenun, sehingga masalah regenerasi penenun dikhawatirkan dapat menjadi ancaman terhadap kelestarian budaya menenun,”jelasnya.

“Selamat mengikuti workshop ini, semoga apa yang diperoleh nanti, dapat bermanfaat untuk pengembangan dan peningkatan budaya menenun di kalangan pelajar dan mahasiswa demi kelestarian budaya menenun di kota Kupang dan Peovinsi NTT. Dan dengan mengucap Puji dan Syukur kepada Tuhan Maha Kuasa, saya membuka kegiatan Workshop Tenun Ikat  ini dengan resmi,” ujar Syaloomi disambut tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin yang hadir.

Sebelum acara pembukaan dimulai, selaku penyelenggara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si, menguraikan latar belakang dan tujuan kegiatan tersebut dilakukan pihaknya.

Katanya, dalam upaya menjaga kelestarian dan kelangsungan tenun ikat di Kota Kupang, pihaknya sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Pusat dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, yang berada di daerah,  memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan pemahaman generasi muda terhadap keberadaan tenun ikat. Oleh karena itu pihaknya melaksanakan kegiatan ‘Workshop Tenun Ikat’.

“Saya ucapan terima kasih kepada SMA Negeri 11 Kota, SMK Negeri 4 Kota Kupang Mahasiswa dan Mahasiswi dari Universitas Nusa Cendana, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, BPMP Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang telah menyertakan puluhan orang untuk menjadi peserta Workshop Tenun Ikat,”ungkapnya.

I Made Dharma menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para Nara Sumber, yaitu, Ir. Syaloomi Marthina Pa, M.Sc, Ibu Yanti M. Elik,S.Pd.M.Pd dari SMK Negeri 4 Kupang,  Bapak Efraim J. Pranamantara, S.Fil.,M.Pd yang adalah  Dosen Program Studi  Teknik Pembuatan Tenun Ikat Fakuktas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, dan Ibu Septi Miriam Reo serta Ibu Yul Efrin M. Bureni  dari DEKRANASDA Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Terimakasih juga saya saya sampaikan kepada Bapak Mohadi, S.Sn Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Bapak Aplinuksi M.A. Asamani, S.Sos, M.Si Kepala Museum Negeri Nusa Tenggara Timur yang akan bertindak sebagai moderator dalam kegiatan workshop ini,” ungkap I Made Dharma.

Dia mengatakan, Provinsi Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan dan Kota Kupang khususnya adalah daerah yang memiliki kerajinan tenun ikat yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun dalam masyarakat.

“Tenun ikat merupakan kekayaan budaya bangsa dan sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang memiliki arti penting untuk  pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, sehingga perlu dilestarikan secara sungguh-sungguh melalui pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan,”ucapnya mengakhiri pembicaraan.

Secara terpisah, kepada awak media, Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi NTT, Mohadi, S.Sn menyampaikan rasa syukur, karena kegiatan Workshop tersebut, adalah wujud perhatian terhadap karya budaya Tenun Ikat, baik dalam bentuk pembinaan , pelestarian dan perlindungan terhadap objek kebudayaan di Kupang NTT.

MATERI : PERAN PEMERINTAH PROMOSIKAN TENUN PADA GENERASI MUDA

Seusai acara pembukaan, langsung dilakukan Workshop Tenun Ikat yang dibawakan oleh Moderator, Mohadi, S.Sn, yang adalah  Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Nara Sumber yang membawakan materi pertama ini adalah Ir. Syaloomi Marthina Pa, M.Sc, yang juga adalah Sekdis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT. Materi yang dibawakan berjudul  ‘Peran Pemerintah dalam Mempromosikan Tenun Ikat kepada Generasi Muda’.

Pada kesempatan membawakan materinya, Ir. Syaloomi Marthina Pa. M.Sc, menjelaskan secara tentang motif dan ragam, corak dan warna kain tenun di NTT, yang dipengaruhi oleh Suku, Etnis, Lokasi dan kondisi daerah dimana kain tenun itu diproduksi.

Dia menjelaskan lagi terkait jenis Kain Tenun yang ada di NTT yaitu, Tenun Ikat, Tenun Sotis, dan Tenun Songke.

“Harga Kain Tenun dari hari ke hari semakinmeningkat. Kain Tenun di NTT telah dikenal sebagai komoditas unggulan. Kain Tenun dari setiap daerah di NTT memiliki keunikan dan ke khasan tersendiri yang sangat diminati  oleh para wisatawan local dan manca Negara, hal ini akan sangat menjajikan masa depan pendapatan ekonomi bagi para penenun.”ucapnya.

Katanya, Minat masyarakat terhadap tenun NTT semakin meningkat sejalan dengan gencarnya kegiatan promosi.

Dahulu  penggunaan kain tenun terbatas untuk keperluan upacara adat, sekarang penggunaannya berkembang untuk beragam keperluan.

Kain tenun kini sudah dibuat menjadi berbagai macam produk seperti: baju, gaun, kemeja, jaket, sepatu, tas wanita, tas ransel, dan berbagai aksesori seperti kalung, gelang. cincin, bandana dan tempat pinsil.

“Menenun merupakan budaya yang diajarkan secara turun menurun oleh orang tua kepada anaknya, terutama wanita.  Tradisi menenun kain NTT telah banyak ditinggalkan karena minat generasi muda terhadap budaya menenun mulai merendah.  Semakin sedikit generasi muda yang mau mempelajari teknik menenun dari para orang tua. Masalah regenerasi penenun ini dikhawatirkan dapat menjadi ancaman terhadap kelestarian budaya menenun,”ungkap Syaloomi kepada 60 peserta.

Syaloomi mengatakan, terkait masalah pengembangan dan upaya pelestariannya, Pemerintah, lewat Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT,  Melaksanakan kebijakan teknis pengelolaan cagar budaya dan permuseuman, Pelestarian sejarah dan tradisi serta pembinaan kesenian,Bahasa dan sastra daerah.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur telah memfasilitasi Alat Tenun untuk sekolah SMA/SMK yang memiliki jurusan maupun Ekstrakurikuler Tenun Ikat. Melaksanakan kegiatan workshop tenun ikat yang melibatkan guru,siswa dan masyarakat umum.

Dan dari hasil Pelestarian Sejarah dan Nilai Budaya khususnya Tenun Ikat, maka Tenun Ikat telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda di Tingkat Nasional yakni: Tenun Ikat Sumba (2013) dan Tenun Ikat Sikka (2019), dari 32 WBTb yang sudah ditetapkan.

Syaloomi mengatakan lagi bahwa Terkait Peran Pemerintah NTT dalam mempromosikan Tenun Ikat kepada Generasi Muda lewat Tenun Masuk Sekolah bagi SMA, SMK dan SLB, yang menggunakan rompi tenun setiap hari kamis.

Pemerintah NTT juga telah melakukan Pembuatan film dokumenter "TEKNIK PEWARNAAN ALAM TENUN IKAT' di kabupaten Nagekeo, SIKKA, Ende, Lembata,  yang akan  diputar di Festival Layar Tancap - Pekan Kebudayaan Nasional 20 Oktober di Jakarta. Pemerintah Provinsi NTT juga telah melaksanakan Fashion Show bersama Ivan Gunawan, dengan tema Garis Putih dan  memperkenalkan desain milenial dgn didominasi  pengembangan bahan sutra tenun NTT.

Pemerintah Provinsi NTT  mewajibkan menggunakan pakaian adat pada  Pawai Budaya dalam rangka HUT RI yang ke 78 bagi guru dan siswa di Kota Kupang. Pemerintah NTT melakukan Festival Tenun Siswa di Kabupaten Nagekeo, Pentas Seni Siwa SMA dan SMK, Pameran karya siswa SMA, SMK, dan SLB, melakukan pemilihan Putra dan Putri Pelajar, Penari cilik dan Remaja, di Denpasar dan Jakarta, melakukan Pagelaran Budaya di Mexiko, lakukan Jakarta Fashion Week (JFW) di Jakarta.

Syaloomi menjelaskan secara detail bahwa Pemerintah Provinsi NTT juga telah melakukan kajian Kain Tenun di berbagai kabupaten yang ada dan kini menjadi koleksi milik Pemerintah Provinsi. Kajian yang mejadi koleksi tersebut dilakukan di kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2005, di Lembata dan Alor pada tahun 2008, di Rote Ndao tahun 2009, di kabupaten TTU pada tahun 2011, di Manggarai tahun 2013, di Ende tahun 2015, di Sikka tahun 2015, di Sabu Raijua tahun 2019 dan di kabupaten Malaka pada tahun 2022.

“ Pemerintah Provinsi NTT juga melakukan Kerjasama dengan Dekranasda Provinsi NTT untuk pengembangan dan pelestarian tenun NTT melalui Promosi Karya siswa, magang, bantuan alat tenun, benang dan lain-lainnya,” papar Syaloomi. ( MJessy/VN)

Share:

Rabu, 13 September 2023

I Made Dharma Suteja, Menutup Pertemuan Pemangku Adat Tingkat Provinsi NTT

 

Kupang, Voice News.Id – Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI NTT, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si menutup acara Pertemuan Pemangku Adat Tingat Provinsi, di Aula Hotel Sahid Timore, pada, Rabu (13/09/2023).

Dalam sambutan penutupan, I Made Dharma Suteja, mengatakan, atas nama Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur, ia berterimakasih banyak kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur bersama jajarannya,  atas kerja sama yang sangat baik dengan menghadirkan para Pemangku Adat dan Perwakilan Masyarakat Adat dari berbagai kabupaten se NTT, yaitu,  dari kabupaten Alor, Belu, Dawan, Edang/Edang, Ende, Flores, Lamaholot, Manggarai, Ngada/Bajawa, Riung, Rote, Sabu, Sikka, Sumba, dan Timor.

“ Kami merasa sangat terhormat dan bersyukur karena dapat bertemu, bersilaturahmi, melakunan curah pendapat (brainstormig) bersama Pemangku Adat, Para Raja dan Perwakilan Masyarakat Adat yang berasal dari seluruh Wilayah Kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur,”ucanya.

Katanya, dukungan dan kerja sama yang sangat baik dari Pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, telah membuat acara Pertemuan Pemangku Adat Tingkat Provinsi NTT tersebut, telah berlangsung dengan baik sejak tanggal 13 sampai dengan 13 September 2023.

I Made Dhrama Suteja menyampaikan bahwa hasil dari Pertemuan Pemangku Adat selama 3 hari tersebut, melahirkan beberapa Rekomendasi penting, yaitu; 

1.    Perlu adanya kebijakan terhadap penguatan Komunitas Kepercayaan di Nusa Tenggara Timur seperti; UIS-NENO, ERA WULAN WATU TANA, LERA WULAN TANA EKAN, WELA, JINGITIU dan MERAPU.

 

2.    Diperlukan identifikasi, pendataan dan kajian ulang terhadap keberadaan Masyarakat Adat dan Komunitas Kepercayaan di Nusa Tenggara Timur, baik secara mandiri oleh Masyarakat Adat, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur secara terpisah maupun dalam pola kolaboratif dan terintegrasi pada Data Pokok Kebudayaan (DAPOBUD).

 

3.    Dalam perencanaan pembangunan bidang kebudayaan diperlukan fokus pada tema-tema tertentu dan lokus-lokus tertentu secara praktis sesuai potensi sumber daya alam, sumbar daya budaya, sumber daya manusia dan karakteristik Masyarakat Adat.

 

4.    Perlu adanya Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari kegiatan Pertemuan Pemangku Adat Nusa Tenggara Timur berupa Pembekalan atau Fasilitasi Penulisan dan atau Penyusunan Pokok-pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), Temu Kenali Warisan Budaya, Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) dan Cagar Budaya (CB) bagi Masyarakat Adat terutama Generasi Muda Masyarakat Adat.

 

5.    Perlu adanya Pembentukan Tim Penyusunan Buku Kurikulum Muatan Lokal Nusa Tenggara Timur sebagai modul ajar yang diorganisir oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan melibatkan Pemangku Adat Peserta Pertemuan Pemangku Adat Nusa Tenggara Timur Tahun 2023.

“Semoga catatan rekomendasi dari hasil Pertemuan Pemangku Adat Tingkat Provinsi Nusa Tenggara ini, dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan pembangunan bidang kebudayaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur,”ucapnya seraya menutup dengan resmi kegiatan tersebut. (MJessi/VN)

 

Share:

KASUS VINA TERBONGKAR

IKLAN BANNER

GALERY BUDAYA SUMBA

Label

PANORAMA PANTAI LAMALERA

BERITA TERBARU

GALERY BUDAYA MASYARAKAT SABU